Selasa, 29 Juli 2008

SEE..? I’VE TOLD YOU SO

Benar kan? Apa kubilang? Ih… saya benar-benar sebel, bahkan jengkel ketika harus mengucapkan kata-kata itu. Apakah sering saya mengucapkan kata-kata itu? Wah…ngga kehitung. Biasanya ya itu kalau kita sudah ada “feeling” atau “intuisi” , hal ini biasanya muncul dari lubuk hati yang paling dalam dan berfungsi untuk melindungi kita dari kesalahan, kekecewaan atau yang lebih parah lagi.

Kadang-kadang tanpa kita sadari, conscience, hati nurani atau apalah itu, sudah mengirim sinyal kepada kita tentang sesuatu. Entah baik atau buruk, tentang seseorang atau sesuatu hal. Tetapi kadang-kadang kita memilih untuk mengabaikan bahkan meniadakan. Manusiawi memang, tetapi kembali lagi tergantung apa permasalahannya. Setiap orang memiliki conscience seperti halnya moral, tergantung apakah orang itu akan mengabaikan atau menggunakannya dengan baik untuk tujuan yang baik atau sebaliknya.

Berkali-kali perasaan saya tentang seseorang itu selalu benar, bahkan sebelum saya mengenalnya. Bukan berarti kemudian, saya adalah cenayang, yang tahu sebelum terjadi. Saya pikir, setiap orang dapat merasakan conscience-nya tergantung kepekaan masing-masing, dan yang terpenting adalah kemauannya untuk merasakan atau mengabaikan. Seringkali conscience itu terpatahkan oleh anggapan umum atau kenyataan waktu itu dan yang paling sering adalah pandangan atau pendapat pihak-pihak atau orang yang kita hormati atau segani.

Pernah, saya harus mengabaikan conscience itu karena ada pendapat orang, orang yang saya hormati. Saya waktu itu malah jadi berpikir, mungkin saya terlalu berprasangka. Ah..saya kok waktu itu jadi merasa menjadi orang yang jahat sedunia, karena berani “menghakimi” orang (padahal masih di dalam hati, jadi yang tahu hanya saya seorang). And you know what? Damn…, I was right.. Conscience saya berteriak pada saya..See? I’ve told you so…

Hal diatas adalah pertempuran saya dengan conscience saya. Masih lebih ringan karena hanya dealing dengan diri sendiri. Tetapi yang urusannya berkaitan dengan orang lain biasanya jauh lebih berat. Sering terjadi adalah pertempuran saya dengan orang-orang terdekat saya tentang seseorang (kebanyakan menyangkut orang sih, soalnya kalau sesuatu kan tidak terlalu signifikan atau “berulah” seperti manusia).

Saya ngotot karena saya merasa sayang dengan orang-orang dekat saya tersebut. Saya tidak rela kalau mereka terluka oleh orang lain, yang jelas-jelas saya sudah “rasakan” pada orang tersebut. Ketika hanya kita yang merasa seperti itu, tentunya butuh effort yang sangat besar untuk tetap teguh dengan pendirian kita.

Perasaan yang hadir memang tidak dapat digambarkan oleh kata-kata secara konkrit. But, somehow I knew that I was right..Tetapi sekali lagi, karena pendapat, pandangan dari orang-orang yang saya hormati pendapatnya mengatakan, “Ah..ngga mungkin..saya kan tahu dia..wong dia penampilannya seperti itu..and bla..bla..bla.. “(Ini semakin menguatkan Don’t ever judge book from its cover, looks can deceive), Ya sudah, saya tunduk, mungkin saya yang salah...saya terlalu berprasangka..etc..etc..Guess what?…Tuhan Maha Pengasih…Dia tahu saya tidak serendah itu, saya bukan tipe orang yang sejelek itu berprasangka. At the end…Dia tunjukkan kuasaNya, mungkin lewat pihak lain bahwa saya benar..

Ada satu kasus yang benar-benar telah melelahkan saya secara psikis. Saya tidak peduli dengan yang bersangkutan tetapi orang itu telah melibatkan orang-orang terdekat saya. Ya sudah, insting warrior saya mulai terusik.. Ya saya akan bertindak kalau menyangkut orang-orang yang saya cintai, whatever happened. Dan bagaimanapun…kebenaran akan selalu muncul, entah itu sooner or later, tetapi hal itu akan selalu terungkap. Trust on me…Never ever ignore your conscience…deep inside you’ll know that it’s always right..so you’ll never regreted in the end..

Jadi jangan lagi seperti saya, yang selalu diteriakin…SEE…,I’VE TOLD YOU SO…

Tidak ada komentar: