Rabu, 05 November 2008

LADY FROM YESTERDAY

Banyak yang bilang kalau muka saya ini boros alias tua, jalan pikiran saya, kesukaan saya, very old fashioned bahkan untuk ukuran usia sekarang maupun pada saat saya masih remaja. Kebetulan saat sekolah, saya selalu menjadi yang paling muda. Teman-teman saya selalu lebih tua daripada saya, apalagi saat S3 ini, teman yang paling dekat usianya dengan saya memiliki selisih usia 5 yahun diatas saya. Apakah karena pergaulan jadi saya merasa lebih tua daripada usia saya.

Ketika dalam suatu interviu didepan para guru besar UI, saya pernah bilang, “…Mungkin dulu karena saya masih muda…”. Eh, langsung aja, ada satu profesor yang memotong, “Anda itu masih sangat muda, anak saya saja yang paling kecil masih lebih tua daripada anda”. Saya baru sadar, eh iya ya untuk di Indonesia, seusia saya masih sangat muda untuk seukuran mahasiswa doktoral pada umumnya. Langsung aja saya bilang, “Iya Bu, waktu dulu kan saya lebih muda daripada sekarang…”. Mereka langsung pada ketawa mendengarnya.

Saya masih ingat ketika dulu diajak mama saya ke penjahit. Penjahitnya heran atas selera saya. Mengapa sih kok suka yang sederhana? Padahal kan anak muda, gaul gitu…Apalagi saya waktu itu di SMA yang terkenal trendy di kota Semarang. Kadang-kadang jika melihat SMA saya banyak yang mengira, ini SMA atau showroom mobil sih…Anak-anaknya tergolong high class..banyak anak pejabat dan pengusaha terkenal di Semarang.

Banyak orang terkenal yang dulunya berasal dari sekolah kami seperti mantan Kasad Wismoyo Arismunandar, yang dulu kata Papa saya, merupakan biang berkelahi melawan anak STM yang lokasinya berdekatan dengan SMA saya. Pahlawan revolusi, Piere Tendean juga berasal dari SMA yang sama. Kami satu keturunan berasal dari SMA tersebut. Saya, Mama, Papa, Tante-tante saya dari Mama, Bude, Om adik dari Papa. Sekolah turun temurun dari keluarga kami.

Dulu saya sering diketawain teman SMA gara-gara suka pemain film Hongkong era silat klasik TVB. Masih ingat dong, Miao Chiao Wei si Pendekar Harum Chor Lau Heung, Wong Yat Wa si lugu Kwee Cheng di Sia Thiaw Eng Hiong, Mie Sieh si Princess Cheung Ping, Barbara Yung si Oey Yong yang banyak akal dan lain-lain. Padahal waktu itu di sekolah saya jarang banget yang suka bintang oriental karena jarang banget etnis Cina yang sekolah di tempat saya waktu itu. Ada beberapa sih tapi sepertinya malu-malu dengan identitasnya.

Baru ketika kuliah, itulah surga saya. Saya ketemu dengan teman-teman yang bisa dibilang satu selera karena saya kuliah di tempat yang mayoritas anaknya adalah non pribumi. Tetapi tetap aja, selera saya kata mereka jadul banget. Waktu itu kan musim hangat-hangatnya bintang Aaron Kwok, Jimmy Lin, Takeshi Kaneshiro dan teman-temannya. Saya waktu itu bilang, ah nggak suka orangnya terlalu lembut kaya cewek..mending David Chiang dan bintang-bintang yang saya sebut di atas. Tetapi walaupun begitu, mereka tetap aja respek dengan kesukaan saya, bahkan ada aja yang memberikan saya foto-foto artis-artis tersebut yang pada saat itu sudah tidak ada lagi di toko.

Saya nggak tahu kenapa, berangkat dari kesukaan nonton film silat era tahun 1980-an tersebut, nilai Bahasa Inggris saya mulai SMP (pada masa saya, bahasa Inggris baru diberikan saat SMP)-kuliah selalu bagus padahal tidak pernah les seperti teman-teman lain. Dulu saya masih ingat ketika Mama mengambil rapot saat saya SMP, wali kelas saya bahkan setengah menginterogasi apakah saya les bahasa Inggris karena waktu itu guru bahasa Inggrisnya terkenal killer tetapi kok saya sama dia dapat angka sembilan. Angka yang waktu itu amat langka jika menyangkut dengan beliau, guru tersebut. Dan saat itu banyak teman saya yang “terkencing-kencing” kalau disuruh maju untuk mengerjakan tugas.

Hobby saya itu sedikit banyak memang membantu saya dalam pelajaran juga dalam..berkhayal..Dulu saya sering lho bertingkah macam penulis skenario cerita film silat, mereka-reka cerita film komplit dengan siapa pemainnya, tata rias, tata rambut sampai busananya termasuk didalamnya setting cerita. Wah..seru banget, waktu itu bila ditulis mungkin ada berlembar-lembar skenario itu.

Saya dulu ngefans banget dengan Miao Chiao Wei di Pendekar Harum. Sosoknya yang gagah dalam balutan busana putih sering membuat saya berkhayal menjadi pasangannya dalam film. Dia menjadi hero yang akan terbang, berkelahi dengan senjata kipasnya yang anggun untuk menyelamatkan saya dari mara bahaya.

Wah…terasa di awang-awang, padahal saya waktu itu masih berusia 8 tahun. Hah..kebayang kan betapa lamanya hal itu tersimpan sebagai kenangan sampai saya SMA bahkan kuliah? Saya anehnya juga lega ketika tahu sang bintang akhirnya menikah dengan artis yang juga kesukaan saya, Jaimie Chik Mei Chun (wajahnya menurut saya waktu itu sangat mirip Marissa Haque).

Selain dia, ada juga yang saya sukai yaitu David Chiang (Dynasti, Princess Cheung Ping), Mie Sieh, Barbara Yung dan Liu Yung (waktu itu berperan sebagai Kaisar Dinasti Chin-Hsih Huang Ti di The Rise of Great Wall), orangnya gagah dan tegas jadi sangat cocok memerahkan Kaisar yang “kereng” (bahasa jawa - sangar).

Apa tidak ada aktor atau aktris barat yang saya sukai? Wah banyak sebenarnya tapi lebih banyak ya ke karakter mainnya seperti Robert de Niro, Al Pacino, Harrison Ford, Russel Crow dan lain-lain. Para pemain watak. Ih..setuwir itu ya, anda pikir? Belum sampai nih..

Tapi saya lebih jatuh cinta dengan Charlton Heston, Gregory Peck, Lee Marvin, Cary Grant, Clark Gable, Audrey Hepburn, Paul Newman, Vivienne Leigh, Doris Day, Deborah Kerr, Sidney Poitier, Anna Marie Saint, Humprey Boggart…

Siapa mereka semua itu? Kalau anda lahir di era 90-an maka anda perlu tanya ke kakek atau nenek anda, karena saya sendiri sangsi kalau ayah atau ibu anda tahu. Kalau misalnya anda lahir di tahun 70-an, mungkin baru bapak atau ibu anda kenal dengan sosok mereka.

Saya sangat suka film-film mereka. Ben Hur, Ten Commandment, To Sir With Love, Pillow Talk, Roman Holiday, Dirty Dozen, Gone With The Wind, North by North West, Casablanca dan lain-lain. Rasa-rasanya, menurut saya lho..mereka itu benar-benar cantik yang natural, cakep, gagah yang khas laki-laki, dandanan tidak neko-neko, aktingnya benar-benar bagus dan natural serta cerita film waktu itu benar-benar berkesan.

THE LONG AND WINDY ROAD

Usia saya sekarang pada tahun 2008 ini adalah di angka 31. Jika merujuk dengan usia nabi Muhammad SAW, berarti saya sudah separuh waktu hidup di bumi ini. Bisa kurang, bisa juga lebih. Apa sih yang sudah saya capai? Karier, keluarga, cinta, hidup? Seperti pepatah orang Jawa yang bilang : “Urip kuwi mung sadremo nglakoni” (hidup ini hanya untuk dijalani). Pepatah itu rasanya mungkin terlalu sederhana tetapi sebenarnya terkandung makna yang mendalam. Menjalani seperti apa? Apa hanya sebagai orang yang pasif menunggu nasib atau uluran belas kasihan orang lain? Tentu saja tidak.

Ketika tetralogi Laskar Pelangi muncul, langsung saja orang sibuk terperanjat membacanya, heboh membicarakannya. Seakan-akan baru saja bangun dari tidur panjang. Meminjam bahasa anak Jakarta : “Halloow…dari mana aja sich low?”. Memangnya selama ini kehidupan banyak anak Indonesia tidak seperti itu? Memangnya Ikal itu hanya ada di sana, di novel tersebut? Hanya ada di Belitung? Andrea hanya menulis pengalaman hidupnya dengan lebih manis, lebih berbunga-bunga, lebih romantis. Berapa banyak Lintang di bumi Indonesia ini? Banyak kawan…maka dari itu kalau tangan kita tidak bisa membantu mereka, lihatlah diri sendiri. Jangan sampai kita menyia-yiakan hidup kita yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita. Jangan mengecewakan orang tua kita dengan hal-hal yang tidak perlu atau bahkan dengan hal yang negatif. Saya sendiri juga mengagumi orang-orang yang punya spirit untuk maju bahkan di tengah ketidakberdayaan. Banyak orang seperti Andrea, Suster Apung, Ibu Muslimah dan sebagainya.

Berapa banyak orang yang mengukur keberhasilan dengan hal-hal yang bersifat materi. Apa yang sudah kamu punya? Rumah mewah, apartemen, villa, mobil mewah, mobil sport, hp keluaran terbaru, pakaian bermerk, sepatu keluaran luar negeri, liburan ke hanya karena statusnya sebagai pejabat, orang terkenal dsb atau karena tampilannya seperti orang kaya.

Apakah anda sering mengamati pegawai asuransi di bandara (biasanya sebelum masuk boarding lounge)? Penumpang kadang sering tidak aware. Kalau memang orang tersebut berniat beli sih tidak apa-apa. Tetapi seringkali yang saya tak suka adalah orang yang beli tersebut adalah orang yang tidak berniat beli tetapi yang baru pertama kali naik pesawat, orang itu mengira bahwa hal ini wajib. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua. Tega-teganya mereka memanfaatkan orang-orang yang tidak berdaya tersebut. Ada juga yang terkena adalah orang-orang yang sok berpenampilan mewah tetapi mereka tidak tahu apa-apa. Para pegawai di bandara jeli terhadap tipe orang seperti ini. Dan untuk orang-orang tertentu, mereka dimanfaatkan.

Apa yang sudah anda capai? Prestasi apa yang telah anda raih hingga detik ini. Tidak harus selalu fenomenal, dan makna keberhasilan itu berbeda untuk masing-masing orang. Ada yang sudah berani mandiri, bekerja sendiri, hidup di daerah lain. Ada yang nilainya cum laude, ada yang lolos wawancara kerja, ada yang berhasil mengantarkan anaknya menjadi juara kesenian atau juara kelas, ada yang sudah menjadi ibu rumah tangga yang baik, ada yang berani bangkit setelah mengalami kegagalan, ada yang berani menempuh hidup baru etc..etc..

Tidak sama kan untuk masing-masing orang. Dan memang untuk apa sama? Bukankah kita sendiri dilahirkan oleh ibu kita, tidak ada yang sama. Bahkan untuk anak kembarpun tidak ada yang sama persis. Coba saja bayangkan kalau kita sama. Hii..ngeri…mungkin kita akan salah mengenali suami atau istri kita. Orang berbondong-bondong ingin menjadi pegawai. Tidak ada yang mau jadi pengusaha/wiraswasta. Lalu siapa yang mendatangkan barang? Semuanya hanya mau membeli.

Saya sih sekarang sudah merasa bersyukur dengan keadaan sekarang. Suami pengertian, anak perempuan yang lucu, karier yang saya sedang rintis, sekolah yang saya tekuni, banyak yang mensuport, entah itu keluarga, teman, sahabat, mentor, guru dsb. Saya sudah melakukan perjalanan menjelajahi Indonesia dengan suami tercinta. Kami merencanakan untuk melakukan perjalanan lagi ke luar negeri tapi benar-benar dengan cara kami. Tidak karena perjalanan dinas atau pekerjaan.

Menyenangkan walaupun semuanya tidak sempurna karena kami masih menjalani 2 rumah tangga, keluarga komuter Jakarta-Semarang. Tetapi kami berdua yakin, hal ini hanya sementara. Setelah tugas kami masing-masing selesai, kami akan bersatu lagi anak kami dan keluarga saya di Semarang atau entah dimana perjalanan nasib membawa kami sekeluarga.

Semuanya tidaklah mudah. Melewati ujian bertubi-tubi, pengingat dari Tuhan bahwa kami adalah makhluk yang dicintaiNya. The Long and Windy Road