Rabu, 16 Juli 2008

DADDY’S LITTLE GIRL (Kisah Putri Masako)

Didalam Psikologi, biasanya seorang anak perempuan lebih dekat dengan ayah sementara anak lelaki lebih dekat dengan ibu. Hal itu kemudian diterangkan lebih lanjut oleh Sigmund Freud yang dikenal dengan teori ‘Electra Complex’ dan ‘Oedipus Complex’.

Siapa tidak kenal Putri Masako? Putri Masako yang nama aslinya adalah Masako Owada adalah permaisuri pangeran Naruhito, pewaris tahta kerajaan Jepang. Tidak seperti putri pada umumnya yang berasal dari kalangan kerajaan, dia berasal dari kalangan orang biasa seperti ibu mertuanya, Putri Michiko (Michiko Sodha). Ayahnya seorang professor yang dihormati di kalangan akademisi di Jepang. Masako memiliki dua adik perempuan. Sama seperti lazimnya dunia timur, sang ayah rupanya sangat mengharapkan anak sulungnya adalah seorang anak lelaki. Ketika mengetahui bahwa anak sulungnya adalah perempuan dan kemudian dua anak lainnya juga perempuan maka secara tidak langsung, sang ayah mendidik Masako dengan sangat keras.

Masako pada dasarnya memang anak yang pintar dan mandiri. Kuliahnya di Harvard (sama dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton) diselesaikannya dengan hasil yang sangat cemerlang. Masako kemudian bekerja menjadi diplomat sehingga seringkali melanglang buana ke luar negeri yang kemudian membentuk kepribadiannya yang sangat terbuka. Ketika Pangeran Naruhito bertemu dan ingin menyuntingnya sebagai permaisuri, dia sama sekali tertarik dengan kehidupan istana yang dirasanya sangat tidak cocok dengan dirinya.

Ketika kemudian Masako akhirnya menerima pinangan Pangeran Naruhito, banyak kalangan dekatnya yang tahu bahwa hal tersebut tidak lepas dari peran sang ayah. Pangeran Naruhito mendekati ayah Masako yang ternyata pada akhirnya memang benar-benar didengar dan dituruti oleh Masako. Perjalanan menuju istana sangatlah menyiksanya yang terbiasa hidup sebagai diplomat yang bebas tanpa aturan protokoler ketat. Bahkan ketika sudah bertahun-tahun tidak memiliki anak mengakibatkan Masako menderita depresi berkepanjangan. Tuntutan untuk melahirkan putra mahkota bagi kerajaan sangat menekan dirinya. Bahkan beberapa kali dia tidak mendampingi suaminya dlam kunjungan kenegaraan karena sakit berkepanjangan. Pemberitaan media massa juga sangat menyudutkan dirinya, hingga suaminya sampai meminta kepada media untuk tidak mengganggu Masako dengan pemberitaan yang bertubi-tubi.

Pada akhirnya, Putri Masako memang melahirkan bayi perempuan. Jepang pada waktu itu mengalami krisis putra mahkota, sampai-sampai Perdana Menteri Juniciro Koizumi melempar suksesi tentang Putri Mahkota. Hal itu tidak lama berselang karena Pangeran Akisino yang merupakan adik Pangeran Naruhito memiliki anak lelaki.

Dari kisah ini, saya menggarisbawahi bahwa kisah Putri Masako adalah suatu bentuk baktinya pada orang tua terutama ayahnya. Dia selalu memenuhi semua harapan ayahnya yang mengharapkan seorang anak laki-laki. Dia tidak mau mengecewakan ayahnya sehingga mengorbankan kebebasannya ketika menerima pinangan Pangeran Naruhito dan menghadapi protokoler istana yang sangat kaku dan ketat, yang sangat berbeda dengan dunianya.

Sebenarnya banyak Masako-Masako lain yang mengalami kisah yang sama. Daddy’s Little Girl Sangat mulia usaha mereka untuk membahagiakan dan membuat bangga sang ayah akan putri kecilnya. Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa setiap orang memiliki pilihan-pilihan sendiri yang pada akhirnya harus dikompromikan, karena pada dasarnya kehidupan itu adalah milik orang yang menjalaninya.

Tidak ada komentar: