Rabu, 05 November 2008

THE LONG AND WINDY ROAD

Usia saya sekarang pada tahun 2008 ini adalah di angka 31. Jika merujuk dengan usia nabi Muhammad SAW, berarti saya sudah separuh waktu hidup di bumi ini. Bisa kurang, bisa juga lebih. Apa sih yang sudah saya capai? Karier, keluarga, cinta, hidup? Seperti pepatah orang Jawa yang bilang : “Urip kuwi mung sadremo nglakoni” (hidup ini hanya untuk dijalani). Pepatah itu rasanya mungkin terlalu sederhana tetapi sebenarnya terkandung makna yang mendalam. Menjalani seperti apa? Apa hanya sebagai orang yang pasif menunggu nasib atau uluran belas kasihan orang lain? Tentu saja tidak.

Ketika tetralogi Laskar Pelangi muncul, langsung saja orang sibuk terperanjat membacanya, heboh membicarakannya. Seakan-akan baru saja bangun dari tidur panjang. Meminjam bahasa anak Jakarta : “Halloow…dari mana aja sich low?”. Memangnya selama ini kehidupan banyak anak Indonesia tidak seperti itu? Memangnya Ikal itu hanya ada di sana, di novel tersebut? Hanya ada di Belitung? Andrea hanya menulis pengalaman hidupnya dengan lebih manis, lebih berbunga-bunga, lebih romantis. Berapa banyak Lintang di bumi Indonesia ini? Banyak kawan…maka dari itu kalau tangan kita tidak bisa membantu mereka, lihatlah diri sendiri. Jangan sampai kita menyia-yiakan hidup kita yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita. Jangan mengecewakan orang tua kita dengan hal-hal yang tidak perlu atau bahkan dengan hal yang negatif. Saya sendiri juga mengagumi orang-orang yang punya spirit untuk maju bahkan di tengah ketidakberdayaan. Banyak orang seperti Andrea, Suster Apung, Ibu Muslimah dan sebagainya.

Berapa banyak orang yang mengukur keberhasilan dengan hal-hal yang bersifat materi. Apa yang sudah kamu punya? Rumah mewah, apartemen, villa, mobil mewah, mobil sport, hp keluaran terbaru, pakaian bermerk, sepatu keluaran luar negeri, liburan ke hanya karena statusnya sebagai pejabat, orang terkenal dsb atau karena tampilannya seperti orang kaya.

Apakah anda sering mengamati pegawai asuransi di bandara (biasanya sebelum masuk boarding lounge)? Penumpang kadang sering tidak aware. Kalau memang orang tersebut berniat beli sih tidak apa-apa. Tetapi seringkali yang saya tak suka adalah orang yang beli tersebut adalah orang yang tidak berniat beli tetapi yang baru pertama kali naik pesawat, orang itu mengira bahwa hal ini wajib. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua. Tega-teganya mereka memanfaatkan orang-orang yang tidak berdaya tersebut. Ada juga yang terkena adalah orang-orang yang sok berpenampilan mewah tetapi mereka tidak tahu apa-apa. Para pegawai di bandara jeli terhadap tipe orang seperti ini. Dan untuk orang-orang tertentu, mereka dimanfaatkan.

Apa yang sudah anda capai? Prestasi apa yang telah anda raih hingga detik ini. Tidak harus selalu fenomenal, dan makna keberhasilan itu berbeda untuk masing-masing orang. Ada yang sudah berani mandiri, bekerja sendiri, hidup di daerah lain. Ada yang nilainya cum laude, ada yang lolos wawancara kerja, ada yang berhasil mengantarkan anaknya menjadi juara kesenian atau juara kelas, ada yang sudah menjadi ibu rumah tangga yang baik, ada yang berani bangkit setelah mengalami kegagalan, ada yang berani menempuh hidup baru etc..etc..

Tidak sama kan untuk masing-masing orang. Dan memang untuk apa sama? Bukankah kita sendiri dilahirkan oleh ibu kita, tidak ada yang sama. Bahkan untuk anak kembarpun tidak ada yang sama persis. Coba saja bayangkan kalau kita sama. Hii..ngeri…mungkin kita akan salah mengenali suami atau istri kita. Orang berbondong-bondong ingin menjadi pegawai. Tidak ada yang mau jadi pengusaha/wiraswasta. Lalu siapa yang mendatangkan barang? Semuanya hanya mau membeli.

Saya sih sekarang sudah merasa bersyukur dengan keadaan sekarang. Suami pengertian, anak perempuan yang lucu, karier yang saya sedang rintis, sekolah yang saya tekuni, banyak yang mensuport, entah itu keluarga, teman, sahabat, mentor, guru dsb. Saya sudah melakukan perjalanan menjelajahi Indonesia dengan suami tercinta. Kami merencanakan untuk melakukan perjalanan lagi ke luar negeri tapi benar-benar dengan cara kami. Tidak karena perjalanan dinas atau pekerjaan.

Menyenangkan walaupun semuanya tidak sempurna karena kami masih menjalani 2 rumah tangga, keluarga komuter Jakarta-Semarang. Tetapi kami berdua yakin, hal ini hanya sementara. Setelah tugas kami masing-masing selesai, kami akan bersatu lagi anak kami dan keluarga saya di Semarang atau entah dimana perjalanan nasib membawa kami sekeluarga.

Semuanya tidaklah mudah. Melewati ujian bertubi-tubi, pengingat dari Tuhan bahwa kami adalah makhluk yang dicintaiNya. The Long and Windy Road

Tidak ada komentar: