Orang sering kali salah mempersepsikan dan mengartikan ketika menemui anak-anak yang sukar berbicara atau mengeja umumnya dianggap sebagai disleksia padahal mungkin dapat saja yang terjadi adalah sebenarnya anak tersebut mengidap dispraksia. Dispraksia pada umumnya masih terasa asing di telinga orang Indonesia, namun bukan tidak mungkin kasus dispraksia juga terjadi pada anak-anak di Indonesia.
Sekitar 10 % anak-anak di Inggris mengalami dispraksia dan 2 % diantaranya mengalami dispraksia yang parah. Menurut penelitian ada satu diantara 30 anak dalam 1 kelas yang mengalami dispraksia. Dispraksia sering kali dikelirukan sebagai disleksia yaitu : kesukaran untuk membaca, menulis atau mengeja dan sering kali diikuti dengan masalah lain seperti ketrampilan pengorganisasian yang buruk. Dispraksia mungkin juga dianggap dengan ADD (Attention Deficit Disorder), ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau Discalculia yaitu : kesukaran untuk menangkap konsep-konsep dalam matematika. Padahal sebenarnya, dispraksia mencakup masalah yang lebih luas dan bervariasi.
1. Pengertian Dispraksia
Dispraksia berasal dari kata “Dys” yang artinya tidak mudah atau sulit dan “praxis” yang artinya bertindak, melakukan. Nama lain Dispraksia adalah Development Co-ordination Disorder (DCD), Perceptuo-Motor Dysfunction, dan Motor Learning Disability. Pada jaman dulu lebih dikenal dengan nama Clumsy Child Syndrome. Menurut penelitian, gangguan ini kadang diturunkan dalam keluarga dan gejalanya tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip misalnya disleksia.
Menurut penelitian secara medis, dispraksia adalah gangguan atau ketidakmatangan anak dalam mengorganisir gerakan akibat kurang mampunya otak memproses informasi sehingga pesan-pesan tidak secara penuh atau benar ditransmisikan. Dispraksia mempengaruhi perencanaan apa-apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam berpikir, merencanakan dan melakukan tugas-tugas motorik atau sensori.
Menurut Belinda Hill, speech pathologist di Australian Dyspraxia Support Group and Resource Centre Inc. di New South Wales, dispraksia bukanlah gangguan yang terjadi pada otot dan gangguan kecerdasan walaupun akibatnya mempengaruhi kemampuan berbahasa dan pengucapan. Masalah dispraksia terjadi ketika otak mencoba memerintahkan untuk melaksanakan apa yang mesti dilakukan, namun kemudian sinyal perintah otak itu diacak sehingga otot tidak dapat membaca sinyal tersebut. Keluarga yang hidup dengan anak dispraksia sering kali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan segera. Hal ini menyebabkan anak dispraksia mempunyai kepercayaan diri yang rendah akibat gangguan yang dideritanya dan kekurangtahuan keluarga. Anak dispraksia juga rawan terhadap gangguan depresi serta mempunyai kesulitan dalam emosi dan perilaku.
Gejala-gejala Dispraksia
Pada bayi
Dispraksia sering ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan. Ketika mulai belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.
Pada anak usia 3 – 5 tahun (usia pra sekolah)
- Aktivitas motorik yang sangat tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentak-hentakan kaki ketika duduk, bertepuk tangan atau menari.
- Tangan mengembang ketika berlari.
- Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa.
- Ketrampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan gunting.
- Kurang melakukan permainan yang imajinatif.
- Mengalami kesulitan berbahasa yang terus menerus.
- Respon terbatas pada instruksi lisan apa saja.
- Terlambat berguling, merangkak, berjalan.
- Sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat.
- Sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru secara insting dan lambat mengembangkan kata-kata.
- Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka menggerakkan kepalanya daripada menggerakkan matanya.
Pada anak yang lebih besar (usia sekolah)
- Kesulitan dalam berkata-kata maupun mengekspresikan diri.
- Sebagian anak dispraksia terlalu sensitif terhadap sentuhan.
- Sukar mengingat instruksi dan menyalin tulisan dari papan tulis.
- Tidak dapat menangkap konsep seperti : “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di luar”.
- Mengalami kesukaran dalam memakai baju, menalikan sepatu dan menggunakan garpu atau pisau.
- Keseimbangan badan yang buruk, sulit belajar naik sepeda.
- Kemampuan membaca yang rendah dan buruk dalam menulis.
- Sebagian anak dispraksia mengalami articulatory dyspraxia yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.
2. Pengertian Developmental Verbal Dyspraxia (DVD)
Developmental Verbal Dyspraxia (DVD) adalah suatu kondisi bicara yang dihasilkan dari ketidakmatangan pada bagian otak yang mngurusi tentang bicara. Anak mengalami kesulitan dalam membuat bunyi suara yang konsisten karena daerah bicaranya tidak dapat mengirim pesan-pesan yang konsisten pada perangkat bicara. Dalam hal ini adalah lidah, bibir, laring, dan sebagainya.
Developmental Verbal Dyspraxia (DVD) juga dikenal sebagai : Apraxia of Speech, Developmental Apraxia of Speech, Apraxia, Dyspraxia, dan Developmental Articulatory Dyspraxia. Label-label yang berbeda ini dapat menimbulkan kebingungan tetapi memiliki arti kondisi bicara yang sama.
Gejala-gejala DVD
- Ketrampilan menerima bahasa yang normal atau di bawah rata-rata tapi terjadi penundaan ketrampilan mengekspresikan bahasa.
Contoh : Anak-anak mengerti atau memahami lebih baik daripada saat dia berbicara.
- Pada beberapa tahun pertama terjadi perkembangan bicara yang sangat lambat.
- Adanya regresi dalam berbicara, seperti contoh : kata-kata yang sudah dipelajari menjadi hilang.
- Terjadinya kemajuan dalam berbicara pada saat dia mendapatkan usia yang lebih tua.
- Secara keseluruhan terjadi ketidakkonsistenan bunyi-bunyi bicara pada permulaan tahun-tahun pertama, seperti contoh : setiap kali anak diminta untuk berbicara suatu kata, dia melakukannya dengan cara yang berbeda (adanya penekanan pada kata atau pronounced yang berbeda).
- Bunyi atau suara tercetak dalam polanya sendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan perkembangan bicara yang “normal” dimana anak-anak yang lain mengalaminya.
- Kekonsistenan bunyi bicara terjadi secara bertahap.
3. Global Dyspraxia
Ada pula anak-anak yang menderita global dyspraxia dimana gejala-gejalanya adalah :
- Pada saat bayi mengalami hipotonia yaitu dimana perkembangan sel-sel yang terlambat.
- Mempunyai kontrol yang sangat lambat.
- Mempunyai refleks menghisap yang sangat lemah seperti pada saat baru lahir, hal ini mungkin mengindikasikan kesulitan pada saat menyusui.
- Kemampuan untuk duduk yang sangat lambat.
- Kemampuan berjalan yang sangat lambat.
- General Clumsiness pada gross motor skills.
4. Terapi untuk Anak Dispraksia
Sebagai suatu sistem pendidikan untuk anak-anak dengan gangguan motorik, Conductive Education mengajarkan bagaimana untuk “break down” kemampuan dan ketrampilan yang mereka coba untuk ditampilkan. Dengan keberhasilan, keyakinan, dan kepercayaan diri yang meningkat, mereka dapat melatihnya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak dispraksia kurang efektif jika dimasukkan dalam kelas khusus untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Yang dibutuhkan oleh anak-anak dispraksia adalah terapi satu lawan satu yaitu suatu terapi dimana satu orang anak dispraksia ditangani oleh satu orang fisioterapis atau speech pathologist. Mereka butuh penanganan dan dukungan profesional secara teratur termasuk juga dukungan dari pendidikan yang dijalani.
Anak dispraksia biasanya dapat disembuhkan tergantung dari tingkat keparahannya. Ada kemungkinan kambuh beberapa kali tapi tingkat kesukaran dalam koordinasi gerakan akan semakin menurun. Anak juga bisa sembuh sendiri namun lebih lambat dan tidak seefisien jika ditangani oleh terapis.
8 komentar:
Halo, salam kenal. Anak saya menderita penyakit ini, sekarang masih menjalani terapi. Apakah ibu punya info tentang para penderita Dyspraxia/DCD di Indonesia? Saya ingin share dengan mereka. Thanks
ip4d@yahoo.com
Bu, saya simpan posting ini di sini ya bu : http://fadhilaharif.multiply.com/reviews/item/19
Terimakasih
Bu saya ijin mengutip ya., coz bagus artikelnya
ijin mengutip ya bu.
Ikutan kutip ya bu
Apa ada rekomendasi untuk terapis yg dtg k rumah di jakarta barat? Tks
anak saya juga dispraksia ada group nya ga ya bu di fb ata wa khusus ortu yg punya anak dg dispraksia?
Anak saya dispraksia
Posting Komentar